Kondisi Geografis
Indonesia
Bentang alam wilayah Indonesia sangat
beragam. Hamparan hutan dan sawah yang menghijau bak untaian zamrud
khatulistiwa. Indonesia kaya pula akan keragaman suku bangsa, budaya, dan adat
istiadat. Indonesia memiliki keunikan tarian, senjata tradisional, pakaian
daerah, dan makanan yang khas.
Indonesia merupakan negara kepulauan
yang memiliki keragaman bentuk muka bumi, baik di daratan maupun di dasar laut.
Selain keragaman bentuk muka bumi, Indonesia juga diperkaya dari letak
geografis maupun letak astronomis. Letak astronomis berpengaruh terhadap iklim,
sementara letak geografis berpengaruh terhadap keadaan alam maupun penduduknya.
Kondisi yang demikian ini ternyata mempunyai hubungan yang erat dengan segala
aktivitas manusianya. Atau dalam kata lain bahwa kondisi sosial suatu wilayah
tidak akan terlepas dari keadaan fisiknya. Karena itu kajian/pembahasan
geografi adalah mengkaji/membahas saling hubungan antara unsur fisik dan unsur
sosial di permukaan bumi.
1. Letak Indonesia
Indonesia dikenal dengan sebutan
negara kepulauan karena Indonesia memiliki jumlah pulau paling banyak di dunia.
Menurut Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), pada 2004 jumlah
pulau di Indonesia adalah sebanyak 17.504 pulau. Pulau yang tidak berpenghuni
sebanyak 6.000 pulau. Indonesia terdiri atas 5 pulau besar, yaitu Jawa,
Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Jika perairan antara pulau-pulau
tersebut digabungkan, luas Indonesia adalah 1,9 juta mil2.
Pada 2002, Indonesia kehilangan 2
pulau, yaitu pulau Sipadan dan Lagitan di Kalimantan Timur. Kedua pulau
tersebut lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dan sekarang telah
menjadi bagian dari Negara tetangga Indonesia, yaitu Malaysia. Keputusan
tersebut berdasarkan hasil sidang Mahkamah International di Den Haag, Belanda.
Letak Indonesia dapat ditentukan berdasarkan letak astronomis dan letak
gografis yang berpengaruh terhadap kondisi geografis dan pengaruh penduduk.
a. Letak
Astronomis
Letak astronomis adalah letak suatu
wilayah di muka bumi berdasarkan garis lintang dan garis bujur. Garis lintang
adalah garis khayal (imajiner) atau garis khatulistiwa (00) yang
melintang di permukaan bumi dari barat ke timur. Garis lintang terbagi menjadi
dua, yaitu Lintang Utara (LU) dan Lintang Selatan (LS). Sementara garis bujur
adalah garis khayal (imajiner) yang membujur dari kutub utara sampai kutub
selatan. Garis bujur terbagi menjadi dua, yaitu Bujur Barat (BB) dan Bujur
Timur (BT). Garis bujur barat terletak di sebelah barat garis bujur 00
yang terletak di kota Greenwich (London, Inggris). Adapun garis bujur timur
terletak di sebelah timur Kota Greenwich.
Berdasarkan letak astronomisnya,
Indonesia berada di antara 6° LU – 11° LS dan 95° BT – 141° BT. Wilayah
Indonesia paling utara adalah Pulau We di Nanggroe Aceh Darussalam yang berada
di 6° LU. Wilayah Indonesia paling selatan adalah Pulau Rote di Nusa Tenggara
Timur yang berada pada 11° LS. Wilayah Indonesia paling barat adalah ujung
utara Pulau Sumatera yang berada pada 95° BT dan wilayah Indonesia paling Timur
di Kota Merauke yang berada pada 141° BT.
Beberapa fakta dari
letak astronomis Indonesia:
1) Wilayah Indonesia terletak di sekitar
khatulistiwa atau secara keseluruhan terletak di daerah lintasan timur dan
berada di daerah tropis. Indonesia mempunyai panjang bujur 46° (sama dengan 118
kelili bumi) dan lebar lintang 17°. Garis lintang dipergunakan untuk membagi
wilayah iklim di bumi yang disebut iklim matahari. Berdasarkan letak lintang,
Indonesia beriklim tropis dengan ciri-ciri sebagai berikut:
·
Memiliki
curah hujan tinggi.
·
Memiliki
hujan hutan tropis yang luas dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
·
Menerima
penyinaran matahari sepanjang tahun.
·
Banyak
terjadi penguapan sehingga kelembapan udara cukup tinggi.
2)
Wilayah Indonesia dibagi dalam tiga
daerah waktu, dengan selisih waktu masing-masing 1 jam. Ketiga daerah waktu
tersebut antara lain:
·
Waktu
Indonesia Barat (WIB), meliputi daerah Sumatera, Jawa, Madura, Kalimantan
Barat, Kalimantan Tengah, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Pusat
meridiannya adalah 105° BT dan selisih waktu 7 jam lebih awal dari Greenwich Mean Time (GMT).
·
Waktu
Indonesia Tengah (WITA), meliputi Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur, Pulau Sulawesi, dan pulau-pulau kecil sekitarnya. Waktu
Indonesia Tengah memiliki selisih waktu 8 jam lebih awal dari GMT.
·
Waktu
Indonesia Timur (WIT), meliputi Kepualuan Maluku, Papua, dan pulau-pulau kecil
sekitarnya. Waktu Indonesia bagian timur memiliki selisih waktu 9 jam lebih
awal dari GMT.
Pengaruh Letak Astronomis di Dunia:
Letak astronomis di dunia berpengaruh
terhadap perbedaan iklim disetiap wilayah. Perbedaan iklim ini dibatasi oleh
garis lintang. Seperti gambar di bawah ini, Indonesia berada di antara 6° LU –
11° LS dan dilalui oleh garis khatulistiwa, maka Indonesia memiliki iklim
tropis.
b.
Letak Geografis
Letak geografis adalah letak suatu
wilayah atau daerah dilihat dari daerah-daerah lain di sekitarnya. Letak
geografis disebut juga letak relatif, disebut relatif karena posisinya
ditentukan oleh fenomena-fenomena geografis yang membatasinya, misalnya gunung,
sungai, lautan, benua dan samudra. Menurut letak geografisnya Indonesia
terletak di antara dua benua, yakni Asia dan Australia, dan di antara dua
samudra, yakni Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Agar semakin jelas dimana
letak geografis Indonesia .
Letak geografis Indonesia yang diapit
dua benua dan berada di antara dua samudra berpengaruh besar terhadap keadaan
alam maupun kehidupan penduduk. Letak ini juga disebut/dikenal sebagai posisi
silang (cross position).
Letak geografis ini sangat strategis untuk negara Indonesia, sebab tidak hanya kondisi
alam yang mempengaruhi kehidupan penduduk Indonesia, tetapi juga lintas benua
dan samudera ini berpengaruh terhadap kebudayaan yang banyak dipengaruhi oleh
kebudayaan asing, yakni dalam bidang seni, bahasa, peradaban, dan agama dengan
keanekaragaman suku-bangsa yang kita miliki. Selain kebudayaan, Indonesia juga
mendapatkan keuntungan ekonomis, seperti: pertama,
kerjasama antar negara-negara berkembang sehingga memiliki mitra kerjasama yang
terjalin dalam organisasi, seperti ASEAN (Association of Southeast Asian
Nations/Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara) kedua, seperti terlihat pada gambar di atas
dapat diketahui Indonesia sebagai inti jalur perdagangan dan pelayaran lalu
lintas dunia, jalur transportasi negara-negara lain, sehingga menunjang perdagangan
di Indonesia cukup ramai dan sebagai sumber devisa negara.
Diketahui secara geografis wilayah
Indonesia sangat luas, maka negara kita dikenal sebagai Negara Kepualauan atau
Negara Maritim. Ini terbukti dari luas wilayah Indonesia dari Sabang sampai
Merauke yang terdiri dari pulau-pulau, dengan memiliki ± 17.000 buah pulau
dengan luas daratan 1.922.570 km2 dan luas perairan 3.257.483 km2. Dengan
wilayah Indonesia yang begitu luasnya, maka memiliki keuntungan-keuntungan,
sebagai berikut: a) mempermudah hubungan dengan negara lain, ikatan dagang; b)
saling menjalin kerja sama; b) lalu lintas perdagangan damai dan lancar; c)
persaingan yang menguntungkan; dan d) sumber daya kelautan yang berlimpah.
Letak geografis Indonesia ternyata
tidak selalu membawa keuntungan, tetapi juga dapat mengakibatkan kerugian,
misalnya: pada tatanan kehidupan sosial, masyarakat Indonesia dapat terpengaruh
oleh budaya luar yang diserap tanpa adanya proses penyaringan (selektif)
terhadap budaya yang negatif, sehingga akan menumbuhkan dampak sosial yang
kurang baik. Budaya negatif yang diserap tanpa proses selektif dapat
mempengaruhi masyarakat Indonesia, seperti: gaya hidup kebarat-baratan, sifat
individualisme, dan cara pandang yang terlampau luas. Budaya negatif ini dapat
mengakibatkan rasa hormat menghormati dan sopan santun antar sesama luntur,
budaya lokal kurang dipertahankan atau mulai ditinggalkan.
2. Hubungan Letak Geografis dengan Perubahan
Musim di Indonesia
Indonesia berada diantara 6° LU – 11°
LS dan merupakan daerah tropis dengan dua musim, yakni musim kemarau dan
penghujan yang bergantian setiap enam bulan sekali. Terjadinya perubahan musim
ini disebabkan antara lain:
1. Peredaran semu matahari tahunan
Peredaran semu tahunan matahari
merupakan peredaran matahari pada bidang ekliptika dalam jangka waktu satu
tahun. Bidang ekliptika adalah lingkaran yang ditempuh oleh matahari dalam
waktu satu tahun. Pergerakan matahari dari khatulistiwa menuju garis lintang
balik utara 23½° LU, kembali ke khatulistiwa dan bergeser menuju ke garis
lintang bali selatan 23½° LS dan kembali lagi ke khatulistiwa. Setiap hari akan
terjadi pergeseran dari letak terbit/terbenamnya dibandingkan dengan letak yang
kemarin. Pergeseran ini disebabkan karena proses perputaran bumi mengelilingi
matahari (revolusi), sehingga dapat diketahui bahwa yang berubah adalah posisi
bumi terhadap matahari. Akibat dari perputaran bumi yang mengelilingi matahari
tersebut, maka mengakibatkan terjadinya pergeseran semu letak terbit/terbenamnya
matahari.
2.
Terbentuknya angin muson
Musim di Indonesia terjadi sebagai
akibat letak geografis Indonesia di antara dua benua besar. Benua Asia berada
di bumi belahan utara, sedangkan Benua Australia berada di belahan bumi selatan
yang mengakibatkan tekanan udara yang berada di Asia dan di Australia. Dengan
perbedaan tekanan udara tersebut maka terjadilah angin muson. Angin muson
adalah angin yang setiap setengah tahun (6 bulan) berganti arah, sehingga di
Indonesia terjadi dua musim, yaitu: musim penghujan dan musim kemarau. Di
Indonesia terdapat dua angin muson, yaitu:
a)
Angin muson barat
Angin muson barat bertiup pada bulan
Oktober – Maret, pada saat kedudukan semu matahari berada di belahan bumi
selatan, sehingga penyinaran matahari di Benua Australia lebih tinggi di
banding di Benua Asia. Hal ini menyebabkan udara di Benua Australia bertekanan
minimum (-) dan di Benua asia bertekanan maksimum (+), sehingga angin yang
bertiup dari Asia menuju ke Australia. Pada kondisi seperti Indonesia terjadi
musim hujan, karena angin melewati samudera luas (Pasifik) yang banyak membawa
uap air.
b) Angin muson timur
Angin muson timur bertiup mulai bulan
April – September, disaat kedudukan semu matahari berada di belahan bumi utara.
Akibatnya tekanan udara di Asia rendah (-) dan tekanan udara di Australia
tinggi (+), sehingga angin bertiup dari Australia ke Asia. Angin muson timur
melewati gurun yang luas di Australia, sehingga bersifat kering. Oleh karena
itu Indonesia saat itu mengalami musim kemarau.
3. Jenis Tanah di Indonesia
Tanah atau pedosfer adalah bagian
dari kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik. Ilmu yang
mempelajari tentang tanah disebut Pedologi. Tanah dan lahan dalam konsep
geografi memiliki perbedaan mendasar. Tanah yang dalam bahasa Inggris disebut soil adalah suatu benda fisik yang
berwujud tiga dimensi yang merupakan bagian paling atas dari kulit bumi. Adapun
lahan dalam Bahasa Ingrrisnya disebut land
adalah lingkungan benda mati (abiotik) dan benda hidup (biotik) yang
berkaitan dengan daya dukungnya terhadap perikehidupan dan kesejahteraan hidup
manusia. Tanah berasal dari beragam pelapukan batuan yang dipengaruhi iklim,
organisme, bahan induk, topografi, dan waktu. Proses embentukan tanah disebut
pedogenesis. Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang
merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dalam tanah banyak
mengandung bermacam-macam bahan organik dan anroganik. Bahan organik berasal
dari jasad-jasad makhluk hidup yang telah mati, baik flora, fauna maupun manusia,
sedangkan bahan anorganik berasal dari benda-benda mati berupa batuan dan
mineral. Ilmu yang secara khusus mempelajari mengenai proses pembentukan tanah
disebut pedogenesa. Jenis-jenis tanah yang terdapat di Indonesia
bermacam-macam, antara lain sebagai berikut:
a. Tanah Gambut
Tanah gambut disebut
juga tanah organik karena berasal dari bahan organik, seperti dari hutan rawa
atau rumput rawa. Tanah gambut memiliki tingkat keasaman (pH) tanah yang sangat
tinggi.
b. Litosol
Jenis tanah litosol batuan induknya
berasal dari batuan beku atau batuan sedimen keras. Jenis tanah ini banyak
mengandung pasir, batu, dan kerikil.
c. Andosol
Jenis tanah andosol berwarna hitam
kelam dan mengandung bahan organic yang tinggi. Tanah ini berasal dari batuan
induk abu atau tuf vulkanik.
d. Aluvial
Ciri khas tanah aluvial adalah
butirannya lepas-lepas. Tanah ini terbentuk dari proses pengendapan di wilayah
daratan maupun perairan yang kemudian mengalami proses pelapukan.
e. Regosol
Tanah regosol
berwarna abu-abu dan banyak mengandung batu dan kerikil yang belum melapuk
secara sempurna.Tingkat kesuburan tanah ini adalah sedang.
f. Podsol
Tanah podsol banyak mengandung pasir
kuarsa, peka terhadap erosi, dan berasal dari batuan induk batuan pasir. Tanah
podsol banyak terdapat di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 2.000
mm/ tahun, dan topografi berupa pegunungan.
g. Latosol
Tanah latosol berasal
dari bahan-bahan material hasil vulkanik. Warnanya coklat, merah, sampai
kuning. Penyebarannya di daerah beriklim basah dengan curah hujan lebih dari
3.000 mm/ tahun.
h. Grumosol
Batuan dasar yang membentuk tanah ini
antara lain abu vulkanik dan tanah liat. Kandungan bahan organiknya rendah dan
berwarna kelabu kehitam-hitaman. Tanah grumosol cocok untuk dijadikan lahan
pertanian padi, jagung, dan kedelai.
4. Flora dan Fauna Indonesia
Curah hujan yang cukup tinggi di
daerah tropis mengakibatkan suburnya berbagai jenis tanaman. Oleh karena itu,
daerah tropis dikenal sebagai kawasan hutan belukar yang bukan saja menyimpan
berbagai potensi kekayaan alam, melainkan juga berperan sebagai paru-paru
dunia. Berdasarkan letak astronomis dan letak geografisnya, Indonesia memiliki
karakteristik alam yang unik dan beragam sehingga hal tersebut turut
memengaruhi terhadap keadaan flora dan fauna di Indonesia. Indonesia dikenal
sebagai Negara yang banyak memiliki beragam jenis flora dan fauna.
a.
Flora Indonesia
Flora dapat diartikan sebagai dunia
tumbuh-tumbuhan. Indonesia memiliki beraneka ragam jenis tumbuhan. Iklim
memiliki pengaruh yang sangat besar, terutama curah hujan dan suhu udara.
Pengaruh suhu udara terhadap habitat tumbuhan di Indonesia telah dikenal dengan
klasifikasi Junghuhn, seorang ahli botani asal Jerman yang membagi jenis
tumbuhan berdasarkan ketinggian tempat.
Jenis dan persebaran flora di muka bumi
dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu sebagai berikut:
1.
Faktor Fisik, yaitu: Iklim, Tanah, Relief,
dan Keadaan air.
2.
Faktor Biotik (Makhluk Hidup), yaitu: Manusia dan Hewan.
b. Fauna
Indonesia
Fauna dapat diartikan sebagai dunia
hewan. Persebaran fauna di Indonesia berkaitan dengan sejarah geologis
Kepulauan Indonesia. Menurut Alfred Russel Wallace, terdapat perbedaan sebaran
binatang di Indonesia. Klasifikasi persebaran fauna di Indonesia dikenal dengan
sebutan kralsifikasi garis wallace. Menurut klasifikasi ini Indonesia memiliki
dua sebaran hewan, yaitu: a) di bagian barat merupakan daerah dengan jenis
hewan berasal dari Benua Asia; dan b) bagian timur adalah daerah dengan jenis
hewan dari Benua Australia. Namun dalam klasifikasi ini dibagi lagi oleh
Wallace menjadi tiga tipe fauna, yaitu: tipe Asiatis, Asiatis-Australis
(Peralihan), dan Australis. Pada perkembangannya Garis Wallace disempurnakan
lagi oleh Weber menjadi lebih detil. Ahli binatang lain ialah Lydekker, yang
menentukan batas barat fauna Australia dengan menggunakan garis kontur
kedalaman laut antara 180-200 meter sekitar Paparan Sahul dan Paparan Sunda.
Terdapat dua faktor yang memengaruhi
persebaran fauna di Indonesia, yaitu sebagai berikut:
1. Sejarah Geologi
Secara geologis, Indonesia dibagi
menjadi tiga wilayah, yaitu Dangkalan Sunda (Indonesia bagian barat), Dangkalan
Sahul (Indonesia bagian timur), dan laut tengah (Indonesia bagian tengah).
2.
Relief Permukaan Bumi
Tinggi rendahnya relief permukaan
bumi di Indonesia yang tidak sama, turut berpengaruh terhadap persebaran fauna
di Indonesia. Penggolongan fauna di Indonesia secara geologis dibedakan menjadi
tiga, yaitu:
a. Fauna Indonesia Bagian Barat (Asiatis)
Fauna Indonesia
bagian barat meliputi hewan-hewan yang mirip dengan hewan-hewan di Asia.
b. Fauna Indonesia Bagian Tengah (Peralihan)
Fauna
yang terdapat di daerah ini memiliki cirri khusus yang berbeda dengan fauna
Asia dan Australia karena merupakan peralihan dari fauna Asiatis dan fauna
Australis. Contoh : komodo, kuskus, dan anoa.
c.
Fauna
Indonesia Bagian Timur (Australis)
Fauna Indonesia
bagian timur meliputi hewan-hewan yang mirip dengan hewan-hewan di Australia,
seperti burung kasuari, cendrawasih, dan kangguru.