Jumat, 01 Februari 2013

Kondisi Geografis Indonesia


Kondisi Geografis Indonesia
          Bentang alam wilayah Indonesia sangat beragam. Hamparan hutan dan sawah yang menghijau bak untaian zamrud khatulistiwa. Indonesia kaya pula akan keragaman suku bangsa, budaya, dan adat istiadat. Indonesia memiliki keunikan tarian, senjata tradisional, pakaian daerah, dan makanan yang khas.
          Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keragaman bentuk muka bumi, baik di daratan maupun di dasar laut. Selain keragaman bentuk muka bumi, Indonesia juga diperkaya dari letak geografis maupun letak astronomis. Letak astronomis berpengaruh terhadap iklim, sementara letak geografis berpengaruh terhadap keadaan alam maupun penduduknya. Kondisi yang demikian ini ternyata mempunyai hubungan yang erat dengan segala aktivitas manusianya. Atau dalam kata lain bahwa kondisi sosial suatu wilayah tidak akan terlepas dari keadaan fisiknya. Karena itu kajian/pembahasan geografi adalah mengkaji/membahas saling hubungan antara unsur fisik dan unsur sosial di permukaan bumi.
1.     Letak Indonesia
          Indonesia dikenal dengan sebutan negara kepulauan karena Indonesia memiliki jumlah pulau paling banyak di dunia. Menurut Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), pada 2004 jumlah pulau di Indonesia adalah sebanyak 17.504 pulau. Pulau yang tidak berpenghuni sebanyak 6.000 pulau. Indonesia terdiri atas 5 pulau besar, yaitu Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Jika perairan antara pulau-pulau tersebut digabungkan, luas Indonesia adalah 1,9 juta mil2.
          Pada 2002, Indonesia kehilangan 2 pulau, yaitu pulau Sipadan dan Lagitan di Kalimantan Timur. Kedua pulau tersebut lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dan sekarang telah menjadi bagian dari Negara tetangga Indonesia, yaitu Malaysia. Keputusan tersebut berdasarkan hasil sidang Mahkamah International di Den Haag, Belanda. Letak Indonesia dapat ditentukan berdasarkan letak astronomis dan letak gografis yang berpengaruh terhadap kondisi geografis dan pengaruh penduduk.
a.    Letak Astronomis
          Letak astronomis adalah letak suatu wilayah di muka bumi berdasarkan garis lintang dan garis bujur. Garis lintang adalah garis khayal (imajiner) atau garis khatulistiwa (00) yang melintang di permukaan bumi dari barat ke timur. Garis lintang terbagi menjadi dua, yaitu Lintang Utara (LU) dan Lintang Selatan (LS). Sementara garis bujur adalah garis khayal (imajiner) yang membujur dari kutub utara sampai kutub selatan. Garis bujur terbagi menjadi dua, yaitu Bujur Barat (BB) dan Bujur Timur (BT). Garis bujur barat terletak di sebelah barat garis bujur 00 yang terletak di kota Greenwich (London, Inggris). Adapun garis bujur timur terletak di sebelah timur Kota Greenwich.
          Berdasarkan letak astronomisnya, Indonesia berada di antara 6° LU – 11° LS dan 95° BT – 141° BT. Wilayah Indonesia paling utara adalah Pulau We di Nanggroe Aceh Darussalam yang berada di 6° LU. Wilayah Indonesia paling selatan adalah Pulau Rote di Nusa Tenggara Timur yang berada pada 11° LS. Wilayah Indonesia paling barat adalah ujung utara Pulau Sumatera yang berada pada 95° BT dan wilayah Indonesia paling Timur di Kota Merauke yang berada pada 141° BT.

Beberapa fakta dari letak astronomis Indonesia:
1)   Wilayah Indonesia terletak di sekitar khatulistiwa atau secara keseluruhan terletak di daerah lintasan timur dan berada di daerah tropis. Indonesia mempunyai panjang bujur 46° (sama dengan 118 kelili bumi) dan lebar lintang 17°. Garis lintang dipergunakan untuk membagi wilayah iklim di bumi yang disebut iklim matahari. Berdasarkan letak lintang, Indonesia beriklim tropis dengan ciri-ciri sebagai berikut:
·         Memiliki curah hujan tinggi.
·         Memiliki hujan hutan tropis yang luas dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
·         Menerima penyinaran matahari sepanjang tahun.
·         Banyak terjadi penguapan sehingga kelembapan udara cukup tinggi.
2)     Wilayah Indonesia dibagi dalam tiga daerah waktu, dengan selisih waktu masing-masing 1 jam. Ketiga daerah waktu tersebut antara lain:
·         Waktu Indonesia Barat (WIB), meliputi daerah Sumatera, Jawa, Madura, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Pusat meridiannya adalah 105° BT dan selisih waktu 7 jam lebih awal dari Greenwich Mean Time (GMT).
·         Waktu Indonesia Tengah (WITA), meliputi Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Pulau Sulawesi, dan pulau-pulau kecil sekitarnya. Waktu Indonesia Tengah memiliki selisih waktu 8 jam lebih awal dari GMT.
·         Waktu Indonesia Timur (WIT), meliputi Kepualuan Maluku, Papua, dan pulau-pulau kecil sekitarnya. Waktu Indonesia bagian timur memiliki selisih waktu 9 jam lebih awal dari GMT.
Pengaruh Letak Astronomis di Dunia:
          Letak astronomis di dunia berpengaruh terhadap perbedaan iklim disetiap wilayah. Perbedaan iklim ini dibatasi oleh garis lintang. Seperti gambar di bawah ini, Indonesia berada di antara 6° LU – 11° LS dan dilalui oleh garis khatulistiwa, maka Indonesia memiliki iklim tropis.
b.      Letak Geografis
          Letak geografis adalah letak suatu wilayah atau daerah dilihat dari daerah-daerah lain di sekitarnya. Letak geografis disebut juga letak relatif, disebut relatif karena posisinya ditentukan oleh fenomena-fenomena geografis yang membatasinya, misalnya gunung, sungai, lautan, benua dan samudra. Menurut letak geografisnya Indonesia terletak di antara dua benua, yakni Asia dan Australia, dan di antara dua samudra, yakni Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Agar semakin jelas dimana letak geografis Indonesia .
          Letak geografis Indonesia yang diapit dua benua dan berada di antara dua samudra berpengaruh besar terhadap keadaan alam maupun kehidupan penduduk. Letak ini juga disebut/dikenal sebagai posisi silang (cross position). Letak geografis ini sangat strategis untuk negara Indonesia, sebab tidak hanya kondisi alam yang mempengaruhi kehidupan penduduk Indonesia, tetapi juga lintas benua dan samudera ini berpengaruh terhadap kebudayaan yang banyak dipengaruhi oleh kebudayaan asing, yakni dalam bidang seni, bahasa, peradaban, dan agama dengan keanekaragaman suku-bangsa yang kita miliki. Selain kebudayaan, Indonesia juga mendapatkan keuntungan ekonomis, seperti: pertama, kerjasama antar negara-negara berkembang sehingga memiliki mitra kerjasama yang terjalin dalam organisasi, seperti ASEAN (Association of Southeast Asian Nations/Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara) kedua, seperti terlihat pada gambar di atas dapat diketahui Indonesia sebagai inti jalur perdagangan dan pelayaran lalu lintas dunia, jalur transportasi negara-negara lain, sehingga menunjang perdagangan di Indonesia cukup ramai dan sebagai sumber devisa negara.
          Diketahui secara geografis wilayah Indonesia sangat luas, maka negara kita dikenal sebagai Negara Kepualauan atau Negara Maritim. Ini terbukti dari luas wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke yang terdiri dari pulau-pulau, dengan memiliki ± 17.000 buah pulau dengan luas daratan 1.922.570 km2 dan luas perairan 3.257.483 km2. Dengan wilayah Indonesia yang begitu luasnya, maka memiliki keuntungan-keuntungan, sebagai berikut: a) mempermudah hubungan dengan negara lain, ikatan dagang; b) saling menjalin kerja sama; b) lalu lintas perdagangan damai dan lancar; c) persaingan yang menguntungkan; dan d) sumber daya kelautan yang berlimpah.
          Letak geografis Indonesia ternyata tidak selalu membawa keuntungan, tetapi juga dapat mengakibatkan kerugian, misalnya: pada tatanan kehidupan sosial, masyarakat Indonesia dapat terpengaruh oleh budaya luar yang diserap tanpa adanya proses penyaringan (selektif) terhadap budaya yang negatif, sehingga akan menumbuhkan dampak sosial yang kurang baik. Budaya negatif yang diserap tanpa proses selektif dapat mempengaruhi masyarakat Indonesia, seperti: gaya hidup kebarat-baratan, sifat individualisme, dan cara pandang yang terlampau luas. Budaya negatif ini dapat mengakibatkan rasa hormat menghormati dan sopan santun antar sesama luntur, budaya lokal kurang dipertahankan atau mulai ditinggalkan.
2.    Hubungan Letak Geografis dengan Perubahan Musim di Indonesia
          Indonesia berada diantara 6° LU – 11° LS dan merupakan daerah tropis dengan dua musim, yakni musim kemarau dan penghujan yang bergantian setiap enam bulan sekali. Terjadinya perubahan musim ini disebabkan antara lain:
1.    Peredaran semu matahari tahunan
          Peredaran semu tahunan matahari merupakan peredaran matahari pada bidang ekliptika dalam jangka waktu satu tahun. Bidang ekliptika adalah lingkaran yang ditempuh oleh matahari dalam waktu satu tahun. Pergerakan matahari dari khatulistiwa menuju garis lintang balik utara 23½° LU, kembali ke khatulistiwa dan bergeser menuju ke garis lintang bali selatan 23½° LS dan kembali lagi ke khatulistiwa. Setiap hari akan terjadi pergeseran dari letak terbit/terbenamnya dibandingkan dengan letak yang kemarin. Pergeseran ini disebabkan karena proses perputaran bumi mengelilingi matahari (revolusi), sehingga dapat diketahui bahwa yang berubah adalah posisi bumi terhadap matahari. Akibat dari perputaran bumi yang mengelilingi matahari tersebut, maka mengakibatkan terjadinya pergeseran semu letak terbit/terbenamnya matahari.
2. Terbentuknya angin muson
          Musim di Indonesia terjadi sebagai akibat letak geografis Indonesia di antara dua benua besar. Benua Asia berada di bumi belahan utara, sedangkan Benua Australia berada di belahan bumi selatan yang mengakibatkan tekanan udara yang berada di Asia dan di Australia. Dengan perbedaan tekanan udara tersebut maka terjadilah angin muson. Angin muson adalah angin yang setiap setengah tahun (6 bulan) berganti arah, sehingga di Indonesia terjadi dua musim, yaitu: musim penghujan dan musim kemarau. Di Indonesia terdapat dua angin muson, yaitu:
a) Angin muson barat
          Angin muson barat bertiup pada bulan Oktober – Maret, pada saat kedudukan semu matahari berada di belahan bumi selatan, sehingga penyinaran matahari di Benua Australia lebih tinggi di banding di Benua Asia. Hal ini menyebabkan udara di Benua Australia bertekanan minimum (-) dan di Benua asia bertekanan maksimum (+), sehingga angin yang bertiup dari Asia menuju ke Australia. Pada kondisi seperti Indonesia terjadi musim hujan, karena angin melewati samudera luas (Pasifik) yang banyak membawa uap air. 
b) Angin muson timur
          Angin muson timur bertiup mulai bulan April – September, disaat kedudukan semu matahari berada di belahan bumi utara. Akibatnya tekanan udara di Asia rendah (-) dan tekanan udara di Australia tinggi (+), sehingga angin bertiup dari Australia ke Asia. Angin muson timur melewati gurun yang luas di Australia, sehingga bersifat kering. Oleh karena itu Indonesia saat itu mengalami musim kemarau.
3.   Jenis Tanah di Indonesia
          Tanah atau pedosfer adalah bagian dari kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik. Ilmu yang mempelajari tentang tanah disebut Pedologi. Tanah dan lahan dalam konsep geografi memiliki perbedaan mendasar. Tanah yang dalam bahasa Inggris disebut soil adalah suatu benda fisik yang berwujud tiga dimensi yang merupakan bagian paling atas dari kulit bumi. Adapun lahan dalam Bahasa Ingrrisnya disebut land adalah lingkungan benda mati (abiotik) dan benda hidup (biotik) yang berkaitan dengan daya dukungnya terhadap perikehidupan dan kesejahteraan hidup manusia. Tanah berasal dari beragam pelapukan batuan yang dipengaruhi iklim, organisme, bahan induk, topografi, dan waktu. Proses embentukan tanah disebut pedogenesis. Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dalam tanah banyak mengandung bermacam-macam bahan organik dan anroganik. Bahan organik berasal dari jasad-jasad makhluk hidup yang telah mati, baik flora, fauna maupun manusia, sedangkan bahan anorganik berasal dari benda-benda mati berupa batuan dan mineral. Ilmu yang secara khusus mempelajari mengenai proses pembentukan tanah disebut pedogenesa. Jenis-jenis tanah yang terdapat di Indonesia bermacam-macam, antara lain sebagai berikut:    
a.   Tanah Gambut
          Tanah gambut disebut juga tanah organik karena berasal dari bahan organik, seperti dari hutan rawa atau rumput rawa. Tanah gambut memiliki tingkat keasaman (pH) tanah yang sangat tinggi.
b.   Litosol
          Jenis tanah litosol batuan induknya berasal dari batuan beku atau batuan sedimen keras. Jenis tanah ini banyak mengandung pasir, batu, dan kerikil.
c.   Andosol
          Jenis tanah andosol berwarna hitam kelam dan mengandung bahan organic yang tinggi. Tanah ini berasal dari batuan induk abu atau tuf vulkanik.
d.   Aluvial
          Ciri khas tanah aluvial adalah butirannya lepas-lepas. Tanah ini terbentuk dari proses pengendapan di wilayah daratan maupun perairan yang kemudian mengalami proses pelapukan.
e.   Regosol
          Tanah regosol berwarna abu-abu dan banyak mengandung batu dan kerikil yang belum melapuk secara sempurna.Tingkat kesuburan tanah ini adalah sedang.
f.   Podsol
          Tanah podsol banyak mengandung pasir kuarsa, peka terhadap erosi, dan berasal dari batuan induk batuan pasir. Tanah podsol banyak terdapat di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 2.000 mm/ tahun, dan topografi berupa pegunungan.
g.   Latosol
          Tanah latosol berasal dari bahan-bahan material hasil vulkanik. Warnanya coklat, merah, sampai kuning. Penyebarannya di daerah beriklim basah dengan curah hujan lebih dari 3.000 mm/ tahun.
h.   Grumosol
          Batuan dasar yang membentuk tanah ini antara lain abu vulkanik dan tanah liat. Kandungan bahan organiknya rendah dan berwarna kelabu kehitam-hitaman. Tanah grumosol cocok untuk dijadikan lahan pertanian padi, jagung, dan kedelai.

4.   Flora dan Fauna Indonesia
          Curah hujan yang cukup tinggi di daerah tropis mengakibatkan suburnya berbagai jenis tanaman. Oleh karena itu, daerah tropis dikenal sebagai kawasan hutan belukar yang bukan saja menyimpan berbagai potensi kekayaan alam, melainkan juga berperan sebagai paru-paru dunia. Berdasarkan letak astronomis dan letak geografisnya, Indonesia memiliki karakteristik alam yang unik dan beragam sehingga hal tersebut turut memengaruhi terhadap keadaan flora dan fauna di Indonesia. Indonesia dikenal sebagai Negara yang banyak memiliki beragam jenis flora dan fauna.
a.      Flora Indonesia
          Flora dapat diartikan sebagai dunia tumbuh-tumbuhan. Indonesia memiliki beraneka ragam jenis tumbuhan. Iklim memiliki pengaruh yang sangat besar, terutama curah hujan dan suhu udara. Pengaruh suhu udara terhadap habitat tumbuhan di Indonesia telah dikenal dengan klasifikasi Junghuhn, seorang ahli botani asal Jerman yang membagi jenis tumbuhan berdasarkan ketinggian tempat.
          Jenis dan persebaran flora di muka bumi dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu sebagai berikut:
1.    Faktor Fisik, yaitu: Iklim, Tanah, Relief, dan Keadaan air.
2.    Faktor Biotik (Makhluk Hidup), yaitu: Manusia dan Hewan.
b.      Fauna Indonesia
          Fauna dapat diartikan sebagai dunia hewan. Persebaran fauna di Indonesia berkaitan dengan sejarah geologis Kepulauan Indonesia. Menurut Alfred Russel Wallace, terdapat perbedaan sebaran binatang di Indonesia. Klasifikasi persebaran fauna di Indonesia dikenal dengan sebutan kralsifikasi garis wallace. Menurut klasifikasi ini Indonesia memiliki dua sebaran hewan, yaitu: a) di bagian barat merupakan daerah dengan jenis hewan berasal dari Benua Asia; dan b) bagian timur adalah daerah dengan jenis hewan dari Benua Australia. Namun dalam klasifikasi ini dibagi lagi oleh Wallace menjadi tiga tipe fauna, yaitu: tipe Asiatis, Asiatis-Australis (Peralihan), dan Australis. Pada perkembangannya Garis Wallace disempurnakan lagi oleh Weber menjadi lebih detil. Ahli binatang lain ialah Lydekker, yang menentukan batas barat fauna Australia dengan menggunakan garis kontur kedalaman laut antara 180-200 meter sekitar Paparan Sahul dan Paparan Sunda.

          Terdapat dua faktor yang memengaruhi persebaran fauna di Indonesia, yaitu sebagai berikut:
1.   Sejarah Geologi
          Secara geologis, Indonesia dibagi menjadi tiga wilayah, yaitu Dangkalan Sunda (Indonesia bagian barat), Dangkalan Sahul (Indonesia bagian timur), dan laut tengah (Indonesia bagian tengah).
2.      Relief Permukaan Bumi
          Tinggi rendahnya relief permukaan bumi di Indonesia yang tidak sama, turut berpengaruh terhadap persebaran fauna di Indonesia. Penggolongan fauna di Indonesia secara geologis dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a.   Fauna Indonesia Bagian Barat (Asiatis)
Fauna Indonesia bagian barat meliputi hewan-hewan yang mirip dengan hewan-hewan di Asia.
b.   Fauna Indonesia Bagian Tengah (Peralihan)
Fauna yang terdapat di daerah ini memiliki cirri khusus yang berbeda dengan fauna Asia dan Australia karena merupakan peralihan dari fauna Asiatis dan fauna Australis. Contoh : komodo, kuskus, dan anoa.
c.      Fauna Indonesia Bagian Timur (Australis)
Fauna Indonesia bagian timur meliputi hewan-hewan yang mirip dengan hewan-hewan di Australia, seperti burung kasuari, cendrawasih, dan kangguru.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar